Minggu Legi, 10 November 2024
Agus (23) hidup terbilang berkecukupan, dia anak Ke-2 dari 3 bersaudara, hidupnya penuh dengan kemewahaan, kesenangan, gemerlap dunia malam yang penuh dengan maksiat. Sifatnya sangat bertolak belakang dengan sifat adik perempuannya yang tak pernah lupa ajaran agama.
Linda adik perempuan Agus selau menasehati sang Kakak, "Jasmani Kita selalu tak pernah lupa kakak kasih makan, tapi Kenapa rohani selalu kakak abaikan?". "Tahu apa Kamu tentang arti hidup?!" bentak Agus. Jawaban seperti itu yang selalu keluar dari mulut Agus, jiKa adiknya mengingatkannya untuk mengerjakan sholat.
Kali ini Agus membuat ulah lagi. Dia pulang dengan keadaan mabuk dan membawa wanita. Terdengar cerita bahwa wanita yang dibawanya itu sering berganti-ganti. Kejadian semua ini dianggap mudah oleh Agus, semuanya dia anggap permainan. Kakak, adik dan semua keluarga besarnya sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ibunya hanya menangis ketiKa bercerita mengenang masa lalu sembari duduk bersama kinda adik Agus.
"Dulu waktu dia lahir, Ayah kalian mengumandangkan adzan di telinganya, dan jika malam kalian akan tidur ibu selalu menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Quran, sampai kalian tertidur lelap, tapi kenapa sekarang seperti ini jadinya?"
"Sabar Bu, Tuhan menguji umatnya semua dengan kemampuannya masing-masing, semua pasti ada jalan keluarnya, sudahlah jangan menangis, Kita do'akan saja yang terbaik untuk dia," ujar Linda. Malam demi malam, hari demi hari semua barang di rumah menyusut terkuras habis, Agus menjual satu per satu barang demi memuaskan hawa nafsunya.
Malam itu waktu terasa berputar sangat cepat, hujan mengguyur dengan sangat derasnya, petir pun mengiringinya sampai adzan subuh tiba, hujan pun belum juga mereda. Terdengar bunyi suara bei pintu yang dipencet terus menerus, siapa gerangan yang datang? Ternyata Umar, tetangga kampung yang membawa kabar buruk bahwa Agus meninggal karena bencana alam.
Semalam saat hujan deras mengguyur, terjadi longsor di seberang desa tetangga, di mana mobil Agus yang meluncur ke arah rumah tertimpa longsoran tanah itu. Keluarga hanya bisa diam. Air matapun tak bisa keluar dengan Kenyataan ini. Bingung, sedih dan tertekan dengan semua kejadian yang serba mendadak ini.
Satu hari sepeninggalan Agus dikubur, cerita negatif pun mulai banyak beredar. Kadang ada yang melihat Agus sedang berjalan, bahkan kadang seperti sedang termenung, kadang juga seperti tengah kebingungan. Semakin lama arwah Agus semakin berani mengganggu warga sekitar, bahkan sampai bisa melemparkan batu Ke rumah-rumah warga. Itulah yang terjadi setiap malam di kampung.
Keresahaan tergambar jelas di raut masing-masing warga tempat tinggal Agus. Banyak yang menyimpulkan bahwa Agus Kebingungan mencari rumahnya, karena di daiam hukum islam setiap ada orang yang meninggal dunia, maka di rumahnya akan diadakan pengajian atau tahliian selama 7 hari berturut-turut. Tujuannya agar orang yang meninggai taju bahwa rumahy yang terang yang dipenuhi dengan do'a itu adalah rumahnya dan dia bisa melihat keluarganya sebelum dia terbang ke alam sana. Karena, konon orang yang meninggal dunia belum genap 40 hari maka arwahnya masih ada di sekitar Kita.
Mungkin Karena itu Agus bingung mencari rumahnya. Dia ingin melihat keluarganya, tapi setiap dia berputar, tak ada satupun rumah yang terang, tak ada satu rumahpun yang menyambutnya dengan do'a. Sebab itu dia selalu mengganggu warga dan selalu memasuki rumah warga karena dia pikir itu rumahnya, dia tersesat mencari rumahnya.
Mendengar cerita yg beredar di masyarakat, keluarga semakin bertambah bingung, harus bagaimana? akhirnya sang ibu mendatangi seorang tokoh agama, ibu menceritakan semuanya pada ustadz tersebut. Setelah mendengar penuturan ibu, sang ustadz mengaiak Kami berdoa, "Mari Kita do'akan Agus, meminta pertolongan untuk anak ibu Kepada Aliah, semoga Allah membukakan pintu kebaikan untuknya. Hendaknya ibu juga mendatangkan para tetangga, untuk bersama mendoakan yang terbaik untuk Agus. Adakanlah tahlilan untuk mendiang Agus agar dia tenang di alam sana."
Tahlil di rumah pun digelar dengan diawali membacakan do'a di makam Agus. Tahlil di rumah Agus digelar seiama 7 hari. Akhirnya secara perlahan semua pembicaraan tentang Agus yang sering menggangu warga pun menghilang dengan sendirinya. "Alhamdulilah, Allah memang Maha Pengasih dan Penyayang, Semoga Dia mengampuni hamba-hambanya yang berdosa" Kata ibu pelan. Wallahua'lam bissawab.