Selasa Legi, 29 April 2025


Misteri Ki Ageng Mangir


ki ageng mangir

Tidak aneh kalau setiap dusun di Jawa terdapat makam tua yang sering dianggap kuburan nenek moyang (cikal bakal) warga setempat. Kadang makam tersebut malah cuma sekadar tempat menyimpan pusaka atau barang peninggalan cikal bakal dusun bersangkutan. Sampai saat ini di Dusun Mangir terdapat berbagai peninggalan dari zaman kejayaan Keraton Mangir. Peninggalan Ki Ageng Mangir tersebut sampai sekarang masih terpelihara baik.

Peninggalan yang masih tampak terpelihara di Dusun Mangir, Bantul Jogjakarta ini antara lain berupa batu persegi dengan ukuran 1x1 meter yang dipercaya sebagai dhampar/singgasana Ki Ageng Mangir, arca lembu (kendaraan Dewa Siwa), beberapa fragmen arca, serta lingga dan yoni. Selain peninggalan tersebut, ada beberapa peninggalan lain yang cukup tersebar di Dusun Mangir, yakni berupa onggokan batu bata dalam ukuran lebih besar dari rata-rata ukuran batu bata di zaman sekarang, onggokan batu bata yang hampir tersebar di seluruh Dusun Mangir ini diperkirakan merupakan sisa-sisa bangunan keraton Ki Ageng Mangir di masa lalu.


Baca juga :

Dusun Mangir sekarang terbagi atas tiga wilayah, yakni Dusun Mangir Lor, Mangir Tengah dan Mangir Kidul. Lokasi ini terletak kira-kira 20-an kilometer dari Jogyakarta. Secara administratif dusun ini masuk dalam wilayah Kalurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY. Dalam buku-buku sejarah tidak pernah disebutkan dengan jelas siapakah tokoh Ki Ageng Mangir. Buku sejarah versi De Graaf yang sebagian besar mendasarkan sumbernya pada Babad Tanah Jawi dan berita-berita Kumpeni-VOC pun tidak pernah membicarakan tentang Mangir. Nama Mangir justru terkenal di dalam cerita tutur dan buku Babat Mangir yang pernah diterjemahkan oleh Balai Bahasa.

Disebut dalam Babad Mangir bahwa paling tidak ada tiga tokoh yang menggunakan nama Mangir. Trah Mangir ini dalam babad diceritakan berasal dari Brawijaya terakhir (V) yang berputra Radyan Alembumisani. Alembumisani ini melarikan diri dari Majapahit ke arah barat bersama istrinya. Kemudian dia mempunyai seorang putra yang diberi nama Radyan Wanabaya. Radyan Alembumisani meninggal di daerah Gunungkidul. Radyan Wanabaya inilah yang kemudian tinggal di Mangir sehingga ia terkenal dengan nama Ki Ageng Mangir Wanabaya (Mangir I).

Ki Ageng Mangir Wanabaya I menurunkan Ki Ageng Mangir Wanabaya II. Mangir I juga mempunyai istri (selir), putri dari Demang Jalegong. Konon dari rahim Rara Jalegong ini lahir seorang anak yang berupa ular/naga (demikian disebut-sebut dalam babad dan cerita tutur). Anak yang kelak terkenal dengan nama Ki Bagus Baruklinting ini mempunyai kesaktian yang luar biasa pada lidahnya sehingga lidahnya dibuat menjadi sebilah mata tombak oleh ayahnya sendiri dan diberi nama Kiai Baru. Jadi, Ki Bagus Baruklinting adalah saudara tiri dari Mangir II dan paman dari Mangir III. Mangir III ini pula yang kelak hidupnya tidak pernah berpisah dengan tombak Kiai Baruklinting. Demikian, Babad Mangir menceritakan. Nama baru sendiri dalam dunia tosan aji (senjata logam) menjadi nama salah satu dhapur.

Dalam cerita rakyat dipercaya bahwa Ki Bagus Baruklinting adalah naga yang berubah wujud menjadi tombak pusaka (Kiai Baruklinting). Akan tetapi apabila dinalar tentulah hal ini menjadi muskil. Perkawinan Ki Ageng Mangir I dengan Rara Jalegong tentu saja melahirkan seorang bayi manusia pula (bukan ular naga). Memang, cerita dalam babad/cerita tutur sering berisi hal-hal yang tidak wantah (terus terang), banyak dibumbui cerita-cerita yang berbau mitos, sandi, sanepa ‘perumpamaan/teka-teki’, dan legenda sehingga cukup sulit diterima nalar begitu saja.

Misteri Ki Bagus Baruklinting sampai sekarang ini masih kontroversial. Sebagian orang meyakini bahwa dia adalah benar-benar naga. Akan tetapi sebagian orang percaya bahwa Ki Bagus Baruklinting adalah benar-benar manusia biasa. Hanya saja karena ia lahir dari rahim seorang wanita yang sebenarnya tidak dinikah, maka dalam cerita babad ia digambarkan sebagai ular/naga dan seolah-olah tidak diakui sebagai anak oleh Mangir I. Barangkali hal ini ditempuh penulis babad untuk tidak terlalu memberi efek negatif bagi dinasti Ki Ageng Mangir maupun Rara Jalegong sendiri. Kesaktian tombak Ki Baruklinting yang diceritakan demikian luar biasa ini barangkali sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari kisah hidup Ki Bagus Baruklinting sendiri. Dalam babad diceritakan bahwa tombak Kiai Baruklinting senantiasa disanding oleh Ki Ageng Mangir. Bahkan setiap Ki Ageng Mangir berdekatan dengan Pembayun tombak ini bersuara (berkokok). Apa yang disuarakan tombak ini sebenarnya dapat dipandang sebagai simbol bahwa Ki Baruklinting memperingatkan agar Ki Ageng Mangir selalu berhati-hati terhadap Pembayun. Tidak aneh kalau kemudian pada gilirannya bahwa tombak Kiai Baruklinting ini dibungkam/dilumpuhkan oleh Pembayun dengan kembennya. Pelumpuhan itu dilakukan dengan membungkam bilah tombak tersebut dengan kemben milik Pembayun.








KLENIK

Ilmu Klenik adalah Pengetahuan yang menjelaskan hal-hal yang gaib. Hal-hal yang bersifat tersembunyi. Wilayah misteri. Salah satu ilmu atau pengetahuan yang ada diwilayah klenik adalah agama. Banyak hal dalam agama yang tidak dapat diuji kebenarannya (diverifikasi). Kebenarannya hanya bisa dimengerti oleh mereka yang menempuh ilmu makrifat. Bagi orang awam kebenaran agama cukup diyakini. Ini klenik namanya! Namun jangan salah terima, ini tidak berarti agama menyesatkan orang. Tidak demikian. Hal-hal yang bersifat klenik pun dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia. Bukan untuk mendorong manusia ke dunia gelap. Banyak orang yang salah anggapan. Klenik disamakan dengan upaya mengarang agar cocok hasilnya. Orang yang menganggap klenik sebagai othak-athik mathuk, maka ia dapat disamakan dengan Marx yang menganggap agama sebagai candu. Sungguh naif apabila kita tidak memahami suatu ilmu, lalu ilmu itu kita golongkan ke dalam tahayul atau klenik yang selama ini dipahami oleh banyak orang, yaitu othak-athik mathuk.

DAPUR

Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris. Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu, bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan: "Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu, bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk. Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang ber-luk sebelas. Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem memuat rincian jumlah dapur keris sbb: Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam. Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak lagi.




RAMALAN


aplikasi android