Kamis Pahing, 21 November 2024
Dalam kisah pewayangan, prabu kresna adalah figur raja agung yang memiliki kembang wijayakusuma. Kembang ini sungguh luar biasa tuahnya, sehingga orang yang sakit parah sekalipun bisa sembuh hanya dengan digerak-gerakkan bunga ini di depan si sakit....
Di dunia ini memang banyak bermunculan hal-hal yang berbau aneh. Salah satu hal yang tergolong aneh tersebut adalah bunga Wijayakusuma. Sebagai contoh, pada umumnya bunga muncul dari pangkal ranting atau setidaknya dari pucuk ranting, namun bunga Wijayakusuma tidak demikan. Bunga ini justru menyembul dari sela-sela daun yang masih menghijau, dan ketika berada dalam puncak kemekarannya, harumnya sungguh luar biasa. Tulisan berikut ini akan membeberkan beberapa keunikan lain dari bunga yang disebut juga sebagai bunganya para dewa itu. Disamping itu juga akan dibahas mengenai sisi mistiknya.
HANYA BERBUNGA SETAHUN SEKALI
Berbagai macam jenis bunga di dunia ini ada yang setiap hari mekar, ada seminggu sekali atau sebulan sekali. Nah, Wijayakusuma bunga yang hanya muncul dan mekar sekali dalam satu tahun, yakni pada saat musim hujan tiba. Jadi jangan harapkan bisa menikmati keindahan serta keharuman bunga ini di musim kemarau. Sejauh pengamatan kami, belum pernah ada Wijayakusuma muncul saat di luar musim penghujan. Yang menarik, mekarnya bunga ini diawali dengan semacam bintik kecil, yang akan berproses selama kurang lebih satu bulan lamanya. Dalam kurun waktu itu, calon bunga semakin membesar dan warnanya putih kecoklatan, tepatnya coklat muda. Dari jam ke jam calon bunga ini akan kelihatan makin mengembang. Bila Anda perhatikan dan dengarkan dengan seksama, maka calon bunga yang mekar menjelang Maghrib itu akar mengeluarkan suara "kretek...kretek.. mirip sesuatu yang sedang bergerak dan terus membesar.
HANYA MEKAR MALAM JUM'AT
Mungkin tidak selalu, namun setahu kami bunga Wijayakusuma banyak mekar saat malam Jum'at. Bisa Jum'at wage, kliwon, Legi atau lainnya. Masa keemasannya juga tidak terlalu lama. Biasanya, usai bedug magrib terus mekar dan mekar. Saat mekar wangi terus menyebar. Beberapa jam berikutnya, puncak kemekarannya benar-benar muncul. Setelah itu perlahan-lahan bungan yang awalnya menegang akan menguncup dengan sendirinya. Lewat jam dua belas malam, anda tidak akan lagi bisa melihat kemegahan plus wewangian bunga ini. Perlu ditambahkan, bahwa masa keemasan bunga ini terletak pada bentuknya, yakni saat kuncup dan setelah mekar, yang mirip organ vital pria, menegang, kuat, berotot. Anehnya, setelah mekar sempurna, Wijayakusuma akan lunglai, letoy dan membeku tanpa daya.
BISA DITANAM DI POT BESAR
Bunga Wijayakusuma sejatinya adalah bunga yang tidak manja. Artinya, walau cukup tinggi dan menjalar seakan menjangkau angkasa, bunga ini bisa ditanam di pot besar atau bisa juga ditanam langsung di tanah. Kalau di tanah biasa memang tidak masalah, pohon bisa tumbuh berkembang senada dengan kemauannya. Namun kalau Anda menanamnya di pot, maka Anda harus menyiapkan tali untuk mengikat batang bunga tadi pada tembok atau tumbuhan lain di dekatnya. Sebab kalau tidak demikian, batang Wijayakusuma akan ambruk dan putus. Otomatis tidak ada bunga yang bisa Anda harapkan dari batang yang mati tadi. Satu batang lama kelamaan akan tumbuh anak-anaknya (dari bagian bawah batang lama) dan batang-batang baru itu akan mendatangkan kesejukan bagi para penikmatnya. Bagi sebagian orang Wijayakusuma adalah bunga yang disakralkan, bunga yang tidak setiap orang punya nyali untuk mengembangbiakkannya. Kembang yang bisa mekar berwama putih bersih ini dipercayai sebagai lambang kerejekian, juga dianggap bunga yang bukan bunga umum.
Menurut Pak Adang (53), orang Sunda yang telah melanglangbuana mulai dari bumi Papua hingga pelosok Jawa Timur, Wijayakusuma adalah simbol kejayaan. Ia mengaku pemah melihat Wijayakusuma miliknya muncul dua puluh kuncup lebih. "Kala itu rejeki keluarga kami luar biasa banyak," terang lelaki berkulit bersih "Sekarang bunga Wijayakusuma di depan rumah kami hanya mekar 7 kuntum saja setiap tahunnya," tambahnya pula. Pak Adang percaya, bunga Wijayakusuma yang malas berbunga bisa jadi isyarat awal tentang berkurangnya rezeki.
CERITA TENTANG WIJAYAKUSUMA
Dalam kisah pewayangan, Prabu Kresna adalah figur Raja Agung yang memiliki kembang Wijayakusuma. Kembang ini adalah kembang luar biasa tuahnya, sehingga orang yang sakit parah sekalipun bisa sembuh hanya dengan digerak-gerakkan bunga itu di depan si sakit. "Bahkan orang meninggal yang belum waktunya, bisa dihidupkan kembali dengan bunga sakral ini", ujar Darsono (45) yang sangat hafal dengan berbagai macam tokoh wayang, lengkap dengan kehebatannya. Dalam adat budaya keraton Surakarta Hadiningrat, kembang Wijayakusuma adalah bunga wajib yang harus menyertai setiap penobatan raja baru. Bunga ini tumbuh sangat subur di Pulau Majeti, pulau terpencil di wilayah sekitar Cilacap, Jawa Tengah. Bila sedang tidak ada bunga yang mekar, maka utusan keraton akan sabar menunggu hingga bunga bisa dipetik saat mekar. Bila sudah didapat, kembang segera dipersembahkan kepada calon raja. Sang calon raja harus minum air dari rendaman bunga Wijayakusuma tadi. Sebelumnya abdi keraton yang memetik bunga tidak diperkenankan mampir (istirahat atau berhenti di suatu tempat) sebelum bunga dihaturkan ke keraton. Kalau dilanggar akan berakibat kurang baik bagi si calon raja.
Masih ada kaitan dengan cerita kembang Wijayakusuma, dahulu kala Prabu Ajisaka dari kerajaan Kediri sedang adu kekuatan fisik dengan Begawan Kano. Dalam pertandingan cukup seru dan menguras tenaga itu pada akhimya Begawan Kano kalah dan dia melarikan diri ke sebuah tebing yang di bawahnya terdapat ombak laut yang sangat ganas. Walau demikian, karena tak mau tunduk kepada musuhnya, Begawan Kano lantas terjun. Ombak luar biasa kuat siap menelan jiwa raganya. Namun bersamaan dengan itu muncul naga raksasa yang siap menelan Sang Prabu Ajisaka.
Sang Prabu segera mengambil inisiatif, diambilnya anak panah kebanggaannya. Sekali dilepas, naga raksasa itupun melesat kembali ke tengah samudra dan ditelan ombak. Bersamaan dengan hilangnya naga tadi, muncuk seorang putri cantik yang melambaikan tangan kepada sang Prabu. "Cantik sekali dia. Kalau aku bisa mengambilnya sebagai isteri, alangkah bahagianya hatiku," pikir sang Prabu sembari mendekati sang Putri. Lewat pengakuan sang Putri jelita, Prabu Ajisaka menjadi tahu bahwa Putri ini awalnya adalah seorang bidadari dari kahyangan. Hanya karena suatu kesalahan, bidadari tadi disupata (dikutuk) hingga menjelma menjadi ular besar. Berkat panah sang Prabu wujudnya kembali berubah menjadi putri yang sangat cantik. "Karena sang Prabu telah berjasa besar bagi hamba, maka terimalah bunga Wijayakusuma ini dan setibanya di Keraton Kediri, sang Prabu bisa menyantapnya sebagai rujak," kata sang Putri sambil menerangkan bahwa dengan rujak bunga Wijayakusuma itu sang Prabu akan secara turun temurun mampu memerintah Tanah Jawa.
TANAMAN OBAT
Menurut beberapa sumber, kembang Wijayakusuma ini bisa dimanfaatkan sebagai sarana pengobatan altematif. Penyakit yang bisa disembuhkan menggunakan bunga ini adalah batuk darah, melancarkan keluarnya lendir akibat batuk, anti radang dan sebagainya. Untuk batuk, ambil 3 hingga 6 kuntum bunga, campur dengan air secukupnya dan godok hingga airnya tersisa kira-kira 3 gelas. Sebelumnya campur dengan gula aren dan minum satu hari dua kali.