Kamis Legi, 31 Oktober 2024
Ratu kidul merupakan sosok gaib yang sangat dikenal di indonesia. Ada yang mengatakan hanya mitos atau sekedar cerita legenda dan ada yang mengatakan sebagai fakta. Bagi yang tidak mendalami dunia spiritual, ratu kidul bisa jadi hanya cerita dongeng dan sebatas mitos namun bagi kalangan spiritualis di Indonesia, keberadaan ratu kidul adalah fakta yang tidak terbantahkan karena semua spiritualis yang mampu menembus alam astral pastinya pernah menemui ratu kidul yang lokasinya di pantai selatan. Berikut adalah kisahnya...
Terkisahkan pada dahulu kala ada seorang putri dari kerajaan Purwatarum yang bernama Putri Ratna Suwida. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya sangat sibuk mengurus negara, jadi kesehariannya selalu ditemani oleh sepi. lbu tirinya sangat dengki kepadanya, takut-takut nanti sang Raja lebih sayang kepada putri piatu itu daripada putrinya sendiri. Maka dicarilah cara bagairnana dapat menyingkirkan Putri Ratna Suwida. Dimakan sepi dan ketidaknyamanan akan sikap permusuhan ibu tirinya, Putri Ratna Suwida selalu menghabiskan waktunya di taman Keputren ditemani rusa, kelinci dan tupai yang selalu menyambutya dengan riang setiap sang Putri terlihat datang mengunjungi taman tersebut.
Sampai suatu saat si Tupai membisiki telinga putri cantik itu bahwa ibu tirinya berusaha meracuninya, agar wajahnya menjadi jelek hingga tak ada lagi yang mengungguli kecantikan si lbu Tiri. Mendengar cerita tupai, sang Putri lekas minggat berlari ke atas gunung. Dia bersembunyi dari kekejian sang lbu Tiri. Sang Raja kebingungan mencari putrinya kemana-mana, tetapi tetap tidak ketemu, walaupun sudah mengerahkan para prajurit dan ahli nujum untuk melacak keberadaannya. Di puncak gunung, sang Putri Ratna Suwida bertapa meminta kasih Tuhan agar diberi kebahagiaan hidup bersama alam beserta tetumbuhan dan hewan-hewan yang selama ini tulus menyayanginya. Karena baginya, tiada seorang manusia pun yang pernah ia rasakan curahan kasihnya.
Lama sudah sang Putri bertapa di bawah sebatang pohon cemara besar di puncak gunung, hingga ia dijuluki Nyi Ajar Cemara Tunggal oleh penduduk desa sekitar yang mencari kayu ke gunung. Di dalam tapanya, sang Putri selalu meminta petunjuk Tuhan untuk dapat selalu menemani seiuruh alam yang telah membuatnya tentram. Dengan kata lain ia meminta umur sepanjang usia alam raya. Permohonan itu pun terkabul, ia mendapat petunjuk Tuhan untuk segera berjalan tanpa henti menuju arah selatan. la pun berjalan tanpa henti, tanpa makan dan tanpa tidur. Ia terus berjalan ke arah selatan. Sesampainya di ujung daratan yang berbatas bibir samudra, sang Putri termangu-mangu, apakah ia harus berhenti ataukah terus terjun ke Iaut. Wangsit Tuhan yang menggelegar di langit terdengar kembali. Wangsit tersebut mengatakan, jika ia memang ingin berumur panjang selama usia dunia, maka ia harus terjun ke laut dari tebing itu juga. Maka terjunlah ia ke laut selatan dari sebuah tebing batu terjal. Di dalam samudra dia sudah ditunggu oleh penunggu ghaib yang bernama Mbok Roro Kidul.
Kemudian, Mbok Roro Kidul bersama seluruh rakyatnya yang berwujud makhluk halus, mengangkat Putri Ratna Suwida menjadi Ratu di Laut Selatan, bergelar Kangjeng Ratu Kidul. Sekarang tempat sang Putri melabuhkan diri itu disebut Palabuhan Ratu, yang terletak di wilayah Sukabumi Jawa Barat. Mbok Roro Kidul itu berwujud nenek tua berambut putih dengan gelung di atas dahi, subur, gemuk, tetapi tidak berkemben. Ada yang mengatakan bahwa Mbok Roro Kidul itu sebenarnya adalah Kiyai Semar (tokoh dewa dalam pewayangan yang menjelma menjadi rakyat jelata), yang menjadi perempuan ketika menjaga rakyat penunggu makhluk halus di lautan dan menjadi laki-laki tua yang tinggal di gunung Tidar Magelang ketika menjaga rakyat manusia di daratan.
Ketika Kangjeng Ratu Kidul memerintah rakyat bangsa halus di Laut Selatan, ia diemong oleh Mbok Roro Kidul. Sedangkan saat raja-raja yang bertahta di tanah Jawa memerintah bangsa manusia, ia diemong oleh Kiyai Semar. Tokoh Kiyai Semar atau Mbok Roro Kidul yang berubah-ubah dari laki-laki menjadi perempuan melambangkan harmoni antara pria dan wanita, raja dan rakyatnya, manusia dan penciptanya, serta daratan dan lautan. Maka terciptalah harmonisasi antara daratan dan lautan dan antara manusia dengan makhluk halus. Namun ketika agama Islam masuk ke tanah Jawa, Kangjeng Ratu Kidul merasa membutuhkan seseorang penaslhat yang mengerti mengenai agama Islam dan mau menemaninya memerintah Keraton Segara Kidul. Maka Sang Ratu pun mengeluarkan sayembara.
Alkisah, Dewi Nawangwulan, istri Jaka Tarub yang berhasil menemukan selendangnya di lumbung, lalu terbang pulang ke kerajaan ayahnya di Bulan, ternyata mendapat penolakan dari ayahnya karena telah menikah dengan bangsa manusia. la pun malah sempat melahirkan anak bernama Dewi Nawangsih. Dewi Nawangwulan yang terbang berkelana tak tentu arah karena ditolak pulang oleh sang Ayah, sampailah ke daerah selatan dan mendengar sayembara itu. Di Kerajaan Laut Selatan, Dewi Nawangwulan diterima baik oleh Sang Ratu Kidul.
Ratu kidul terpesona oleh ajaran Islam yang diuraikan oleh Dewi Nawangwulan, padahal ia pun hanya belajar dari Jaka Tarub, suaminya. Kemudian Ratu Kidul berniat masuk agama Islam, mengajak serta seluruh rakyat lelembut. Semua rakyatnya mau memeluk Islam, kecuali Mbok Roro Kidul sang pengasuh yang tetap menganut agama asli, tetapi sang Ratu tetap menghargai keputusannya itu. Mulai saat itu, Dewi Nawangwulan diangkat sebagai patih Kerajaan Laut Selatan, bergelar Nyai Roro Kidul. Dengan demikian ada 3 tokoh dalam cerita ini yakni ratu kidul, semar (mbok roro kidul) dan nyai roro kidul.