Selasa Kliwon, 19 Maret 2024


Logika Sedekah


Bagiku sedekah di bulan Ramadhan adalah hal yang biasa. Maaf, bukan aku bermaksud sombong, takabur atau apapun kata orang. Hal ini memang menjadi semacam kebiasaan. lstri dan orang tuaku juga mendukung hal itu. Katanya, banyak-banyak sedekah di bulan Ramadhan Mas, biar rejeki kita bertambah. Sedekah juga bisa memperpanjang umur kita, lnsya Allah.

Dulu aku pernah berpikir, mempertanyakan hal itu. Apakah benar sedekah bisa memperpanjang umur, bisa menambah rejeki pula. Betapa besar manfaat sedekah jika hal itu benar terjadi. Sementara logikaku mengatakan, jika aku bersedekah berarti keuanganku berkurang, walau sedikit. Berarti pula umurku berkurang meski pun sedikit. Tapi ternyata, pertimbangan logikaku salah. Mungkin aku yang salah menggunakan logika itu. Amal dan ibadahku tidak bisa dijangkau dengan logika. Sebab ketika logikaku yang bekerja, maka timbulah sebuah perhitungan. Perhitungan untung dan rugi. Padahal sebuah amal perbuatan tidak boleh diukur oleh logika perhitungan untung dan rugi. Sebab akan ada Syetan yang bisa menjerumuskan logika kita. ltulah makanya ketika kita beramal harus diniatkan dengan ikhlas artinya kita tak berharap balas budi atau perhitungan untung rugi.


Baca juga :

Tapi pengalamanku tentang sedekah mungkin bisa dijelaskan dengan logika yang benar dan menghasilkan penjelasan yang nyata. Bahwa sedekah itu benar bisa memperpanjang usia dan menambah rejeki. Hari itu aku berangkat kerja seperti biasa sekitar pukul 8 pagi. Seperti biasa pula selalu ada pengemis di lampu merah yang menyodorkan tangannya sambil meminta sedekah. Aku ingat betul itu adalah bulan Ramadhan. Dan seperti biasa pula aku selalu menyediakan uang receh, maaf, untuk memberi mereka. Sebab terlalu banyak yang harus aku kasih sepanjang jalan itu.

Aku pernah diingatkan seorang teman, jangan terlalu banyak memberi pengemis di jalanan, kita tidak tahu apakah mereka benar-benar orang susah atau orang malas yang memanfaatkan situasi. Itu memang benar, faktanya memang ada yang demikian. Tapi sekali lagi aku tidak ingin menggunakan lIogika itu. Aku ikhlas saja walau pun mereka ternyata orang-orang yang mampu dan tak pantas mengemis di jalanan. Sebab aku punya keyakinan dari sekian banyak orang yang mengemis itu pasti ada orang yang benar-benar masuk kategori fakir miskin yang pantas diberi.

Jam 9, aku mampir ke sebuah supermarket, bukan untuk belanja tapi untuk ke ATM. Aku butuh uang tunai untuk perjalananku ke kantor. Aku harus bayar tol, beli bensin dan sebagainya. Sepuluh meter keluar dari supermarket itu, aku diteriaki tukang parkir. Katanya, pak itu dompetnya jatuh. Spontan aku berbalik ke arah tukang parkir itu. Aku lihat dia sedang menunjukkan tangannya ke arah seorang pengemis yang menghampiriku sambil menenteng dompetku.

“ini dompetnya tadi jatuh pak,” tutur pengemis itu sambil menyodorkan tangannya padaku. Aku ambil dompet itu sambil mengucapkan terima kasih. Aku ingat, tapi mungkin juga salah, pengemis itu adalah seorang wanita yang  beberapa kali pernah aku beri uang sedekah. Mungkin dia juga ingat wajahku, atau mungkin juga tidak. Tapi aku bersyukur dompetku ditemukan pengernis itu dan dikembalikan dengan utuh.

Lalu sepanjang perjalanan hari itu, aku berpikir, menggunakan logikaku. Jika benar pengemis itu beri sedekah, mungkin ini adalah jawaban dari pertanyaan tadi. Bagaimana mungkin sedekah bisa menambah rejeki? Aku berpikir, seingatku aku memberinya sedekah 2000 rupiah jika aku bertemu dengannya. Tapi uang didompetku ini jumlahnya lebih dari 3 juta. Belum  lagi kartu-kartu penting dan hal lain yang penting bagiku. Bukankah sedekahku yang 2000 rupiah itu telah menyelamatkan uangku yang jumlahnya jauh lebih banyak. Padahal uang 3 juta yang ada di dompetku itu sebenarnya uang untuk bayar dokter dan tebus obat di rumah sakit.

Yah, pagi itu sebelum ke kantor aku berniat mampir ke rumah sakit untuk melihat anakku yang tengah di rawat. Aku baru pulang tadi malam dan adikku menggantikanku menjaga anakku di rumah sakit. Aku sudah berjanji besok pagi sebelum ke kantor akan mampir ke rumah sakit untuk menjenguknya sambil membawa uang. Apa jadinya jika uang itu hilang dan aku tak bisa menebus obat Mungkin aku harus beli obat separuh saja, tapi apa pula jadinya jika anakku hanya diberi obat separuh saja. Mungkinkah anakku bisa sembuh dengan cepat atau malah sebaliknya. Dengan demikian sedekah ternyata dapat pula menyelamatkan nyawa atau menolak bala agar tidak terjadi.







 


DAPUR

Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris. Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu, bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan: "Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu, bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk. Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang ber-luk sebelas. Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem memuat rincian jumlah dapur keris sbb: Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada 12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam. Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak lagi.

HIPPOMANCY

Metode ramalan yang menafsirkan derap kaki dan ringkikan suara kuda.




RAMALAN


Grup Telegram Dunia Gaib

belajar metafisika