Senin Pon, 21 April 2025
Zikir dalam bahasa arab artinya "ingat". Dalam konteks beribadah, zikir artinya mengingat Allah. Tahapan dalam zikir perlu untuk dipahami agar zikir mampu menembus atau sampai kepada tujuan zikir itu sendiri yaitu untuk mengenal dan berjumpa dengan Allah berdasarkan surah Al Ankabut : 5 "Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
1. Zikir Jahri (zikir lisan)
Diucapkan di mulut dan dapat di dengar oleh orang disekitarnya misalnya mengucapkan "laa ilaha illallah", "subhanallah" dan lain sebagainya. Biasanya ada jumlah tertentu yang menjadi target untuk diselesaikan.
2. Zikir Sirri (zikir di dalam hati)
Sama seperti zikir jahri namun zikirnya diucapkan di dalam hati (bukan di lisan/mulut).
3. Zikir Sirrul Asror
Zikir tanpa diucap di mulut dan tanpa di ucap di dalam hati. Zikir ini disebut juga zikir "rahasia dalam rahasia" karena inilah zikir tingkatan tertinggi yang dilakukan oleh para Wali, Nabi dan Rosul atau para kekasih Allah. Baik zikir jahri maupun zikir sirri biasanya harus memiliki waktu khusus untuk ritualnya misalnya selepas sholat wajib, sepertiga malam terakhir dan sejenisnya. Dalam hal ini, mengingat Allah terbatas oleh waktu.
Adapun zikir sirrul asror adalah zikir yang tidak dibatas waktu dan tempat karena merupakan zikir kesadaran dimana kita sadar secara fisik dan ruhani mengingat Allah baik di saat beribadah ataupun bekerja. Zikir sirrul asror bekerja 24 jam baik saat kita sadar dan juga tidur.
Sebelum mengamalkan zikir sirrul asror, anda harus memiliki pemahaman sebagai berikut :
1. Memiliki iman ihsan yaitu meyakini bahwa Allah dekat dan mengawasi kita 24 jam kapanpun dan dimanapun kita berada.
2. Memiliki ketauhidan murni yaitu "meniadakan apapun selain Allah".
3. Belajar Memfanakan atau Meniadakan Diri.
Manusia terdiri dari jasad, jiwa dan Ruh. Memfanakan diri dalam konsep tauhid adalah meniadakan jasad dan jiwa dan hanya Ruh yang ada (tiada yang wujud selain Allah). Ruh tiada lain adalah Yang Maha Hidup yang menghidupkan jasad. Memfanakan diri adalah menghilangkan "keakuan diri" yang selama ini merasa dirinya ada, merasa bisa melakukan ini-itu, merasa yang memiliki ini-itu. Padahal semua yang diakui tersebut hakekatnya adalah tiada. Manusia hakekatnya adalah wayang yang tidak punya kehendak bebas. Jika selama ini manusia merasa punya kehendak bebas maka itu sebenarnya adalah jiwa yang mengaku-ngaku padahal Allah lah yang sebenarnya menguasai manusia dan kemudian memberi petunjuk atau menyesatkannya.
Jiwa inilah yang harus bertaubat dan dimurnikan agar bisa kembali kepada Allah. Jiwa inilah tempat berkumpul semua hawa nafsu sehingga manusia tidak lagi memiliki kesadaran untuk kembali kepada Tuhannya. Jiwa inilah yang harus dimatikan agar tidak lagi mengaku-ngaku punya kehendak, bisa ini-itu, punya ini-itu. Perintah mematikan jiwa ada di dalam hadist : "matikan dirimu sebelum kamu dimatikan". Lalu dalam Quran dikatakan : maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu (Al Baqarah : 54). Perintah "bunuhlah dirimu" adalah perintah membunuh keakuan diri yang ada di dalam jiwa karena jika kita masih memiliki keakuan diri maka kita dalam keadaan musrik karena yang ada hanyalah Allah sedangkan keakuan tersebut hakekatnya tiada.
Untuk membunuh keakuan diri, maka harus berlatih atau praktek memfanakan diri melalui zikir sirrul asror dalam kehidupan sehari-hari 24 jam tanpa kenal waktu dan tempat :
Jika anda sudah memahami zikir sirrul asror ini, maka anda akan menyadari bahwa semua hal yang terjadi tidak akan bisa lepas dari peran Allah. Anda cuma jadi wayang atau bayang-bayang yang tiada punya daya dan upaya melainkan semua itu digerakan oleh Allah. Inilah makna ber-Islam yang sesungguhnya yaitu "berserah diri" secara total/kaffah. La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan ijin Allah).
Jika anda sudah terbiasa melalukan zikir sirrul asror, maka atas ijin Allah nantinya anda akan diperjalankan atau mikraj ke alam musyahadah atau alam Ketuhanan tempat dimana Ruh kita dulu bersyahadat. Penting untuk dipahami bahwa manusia tidak akan pernah bisa melihat Tuhan sehingga yang bisa melihat Tuhan adalah Tuhan itu sendiri. Itulah pentingnya mem-fanakan diri agar jiwa anda tenggelam dan yang menyala di dalam diri adalah Ruh yang Maha Hidup.
Ada 3 Tahapan untuk menembus alam musyahadah :
1. Sua'ul Bashiroh
Yaitu mempraktekan zikir sirrul asror sebagaimana telah dijelaskan di atas setiap hari tanpa batasan waktu. Pada tahapan ini, bisa jadi anda belum masuk ke alam musyahadah melainkan ke alam mukasyafah dimana di alam ini anda bisa bertemu dengan raja jin, alaikat hingga arwah orang-orang suci. Pada tahap ini anda belum bertemu dengan Allah melainkan masih bertemu makhluknya Allah. Jadi jangan terjebak ditawari ini-itu misalnya kekayaan, kesaktian/karomah karena bisa jadi pada tahapan ini muncul karomah atau kesaktian pada diri anda sehingga adanya karomah ini bisa memunculkan lagi keakuan diri yang menganggap dirinya sakti lalu dipuja banyak orang sehingga hal ini justru menghambat anda masuk ke alam musyahadah.
2. Ainul Bashiroh
Jika Allah menetapkan anda lulus pada tingkatan sua'ul bashiroh maka cahaya makrifat di didalam diri anda akan menyala dan saat itulah anda akan diperjalankan ke alam musyahadah yang mana anda tidak lagi bertemu dengan makhluk melainkan disanalah alam ketuhanan atau alam kekosongan. Pada tahapan ini anda bisa disebut sedang bermikraj atau mendapat lailatul qadar sehingga anda mengetahui rahasia diri dan Tuhan. Berapa lama kita bisa berada di alam musyahadah? bisa hitungan detik, bisa 1 menit, bisa 1 jam semuanya terserah pada Allah SWT.
3. Haqqul Bashiroh
Ini merupakan tahapan puncak bermakrifat dimana kemakrifatan anda sudah kokoh ditancapkan kuat oleh Allah, diri anda sudah 100% fana. Yang menyala dalam diri anda adalah "Aku Ruh/Allah" dan bukan lagi "Aku jiwa/jasad". Inilah peristiwa yang dialami syekh Siti Jenar, Al Hallaj, Nabi Isa (Yesus) hingga Nabi Muhammad dan semua kekasih Allah. Jadi dalam hal ini yang mengaku Allah bukan lagi diri manusia melainkan Ruh Yang Maha Hidup itulah yang mengatakan Aku Allah, Ana Al Haqq. Haram hukumnya mengatakan "Aku Allah" jika belum mencapai tingkatan ini karena sama saja dengan firaun yang mengaku Tuhan.
Jadi jika Yesus dikatakan sebagai penebus dosa manusia atau Nabi Muhammad yang bisa memberikan syafaat/pertolongan maka harus dipahami bahwa yang berkalam seperti itu bukanlah diri mereka sebagai manusia melainkan kalam ilahi lah yang berkalam demikian karena hakekatnya yang bisa menolong hanyalah Allah semata dan bukan manusia.
Penting untuk dipahami manusia cukup ikhtiar sampai pada tahapan sua'ul bashiroh saja karena untuk tahapan ainul dan haqqul bashiroh sepenuhnya adalah hak prerogratif Allah. Meskipun anda rakyat kelas bawah, tidak punya nasab habib, tidak punya nasab orang suci, tidak punya keturunan orang sholeh namun jika anda dianggap lulus oleh Allah maka pasti anda akan diperjalankan oleh Allah masuk ke alam musyahadah berdasarkan surah Al Ankabut : 5 "Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui".
Sumber :