Rabu Pon, 12 November 2025

Banyak orang mendengar istilah Kejawen namun tidak benar-benar memahami maknanya. Sebagian menganggap Kejawen sebagai sekadar kepercayaan kuno, ada pula yang mengaitkannya dengan mistis. Padahal, Kejawen jauh lebih dalam daripada itu. Ia adalah filosofi hidup orang Jawa yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang apa itu Kejawen, bagaimana sejarahnya, ajaran-ajaran utama yang terkandung di dalamnya, serta bagaimana praktik Kejawen bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di era modern saat ini.
Kejawen berasal dari kata Jawa yang merujuk pada budaya, spiritualitas, dan pandangan hidup orang Jawa. Secara umum, Kejawen adalah ajaran kebatinan dan filosofi hidup yang berkembang di masyarakat Jawa, berlandaskan pada harmoni, kearifan lokal, serta spiritualitas.
Kejawen bukanlah agama, melainkan jalan hidup atau laku yang menekankan:
Keselarasan dengan alam
Keseimbangan batin
Hubungan harmonis dengan sesama
Pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa
Kejawen telah ada jauh sebelum agama-agama besar masuk ke tanah Jawa. Ajaran ini berkembang dari tradisi animisme, dinamisme, serta penghormatan kepada leluhur.
Saat Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara, Kejawen menyerap banyak nilai, seperti konsep karma, reinkarnasi, dan meditasi.
Ketika Islam berkembang di Jawa, khususnya melalui Wali Songo, nilai-nilai Kejawen dipadukan dengan ajaran Islam. Maka lahirlah bentuk spiritualitas Jawa yang unik, seperti slametan, tirakat, dan doa-doa dengan nuansa lokal.
Pada masa penjajahan Belanda, Kejawen sering disalahpahami sebagai aliran mistik tertutup. Namun, justru di masa inilah muncul tokoh-tokoh spiritual Jawa yang menekankan Kejawen sebagai filosofi hidup.
Kini, Kejawen semakin dipandang sebagai falsafah hidup universal yang mengajarkan keseimbangan batin di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan.
Makna: penyatuan manusia dengan Tuhan.
Kejawen menekankan bahwa tujuan hidup adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui keselarasan batin dan perbuatan baik.
Filosofi ini mengajarkan manusia untuk selalu ingat dari mana ia berasal (sangkan) dan ke mana ia akan kembali (paran). Tujuannya agar manusia tidak lupa hakikat hidup: kembali kepada Tuhan.
Laku berarti menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran. Bentuknya bisa berupa tirakat, puasa, meditasi, tapa brata, atau sekadar hidup sederhana.
Artinya menjaga keharmonisan dunia. Manusia diharapkan membawa manfaat bagi sesama dan tidak merusak alam.
Kejawen menekankan pentingnya etika, sopan santun, dan perilaku yang mencerminkan kebaikan.
Walaupun sering dianggap kuno, praktik Kejawen justru sangat relevan untuk kehidupan modern. Beberapa praktiknya antara lain:
Dilakukan untuk menenangkan batin, mengendalikan hawa nafsu, mengenal sedulur papat lima pancer dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Berupa puasa, mengurangi tidur, atau menyepi di tempat sunyi untuk memperkuat batin dan spiritualitas.
Ritual sederhana yang dilakukan bersama keluarga atau masyarakat dengan doa dan makanan sebagai simbol kebersamaan.
Mengamalkan pepatah dan nasihat Jawa seperti:
"Urip iku urup" (hidup harus memberi manfaat)
"Alon-alon asal kelakon" (setiap proses perlu kesabaran)
"Rukun agawe santosa" (kerukunan membawa kekuatan)
Kejawen mengajarkan agar manusia tidak serakah terhadap alam, karena kerusakan alam akan kembali kepada manusia.
Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, ajaran Kejawen bisa menjadi solusi:
Untuk Kesehatan Mental
Meditasi dan semedi membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Untuk Lingkungan
Filosofi memayu hayuning bawono bisa menjadi dasar pola hidup ramah lingkungan.
Untuk Hubungan Sosial
Kejawen menekankan kerukunan, saling menghormati, dan toleransi antaragama.
Untuk Spiritualitas
Kejawen memberi jalan bagi orang modern untuk tetap terhubung dengan nilai spiritual, tanpa harus meninggalkan agama yang dianut.
Banyak kesalahpahaman tentang Kejawen. Berikut penjelasannya:
❌ Mitos: Kejawen identik dengan ilmu hitam.
✅ Fakta: Kejawen lebih menekankan harmoni, kebajikan, dan spiritualitas.
❌ Mitos: Kejawen adalah agama baru.
✅ Fakta: Kejawen bukan agama, melainkan filosofi hidup yang bisa berjalan berdampingan dengan agama apapun.
❌ Mitos: Kejawen sudah tidak relevan.
✅ Fakta: Nilai Kejawen justru semakin relevan untuk menjaga keseimbangan hidup di era modern.
Kejawen adalah falsafah hidup dan spiritualitas Jawa yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Kejawen bukan agama, tetapi ajaran kebatinan dan jalan hidup yang diwariskan leluhur Jawa.
Tidak. Kejawen bukan agama, melainkan pandangan hidup. Orang Jawa yang menganut Kejawen tetap beragama (Islam, Kristen, Hindu, dsb.), namun dalam kehidupan sehari-hari mereka juga menjalankan nilai-nilai Kejawen.
Tidak. Kejawen sering disalahpahami sebagai ilmu gaib atau ilmu hitam. Faktanya, inti Kejawen adalah etika, keseimbangan batin, serta spiritualitas. Praktik mistik hanya sebagian kecil, dan bukan inti ajarannya.
Pemula bisa memulai dengan:
Membaca literatur tentang Kejawen
Mengamalkan pitutur Jawa (nasihat Jawa)
Melakukan meditasi atau semedi sederhana
Menghargai alam dan hidup dengan budi pekerti luhur
Ya, sangat relevan. Ajaran Kejawen seperti memayu hayuning bawono (menjaga harmoni dunia) dan laku prihatin (hidup sederhana) bisa menjadi solusi untuk stres, kerusakan lingkungan, dan ketidakharmonisan sosial di masa kini.
Beberapa praktik utama Kejawen adalah:
Semedi (meditasi batin)
Tirakat (puasa, mengurangi tidur, atau menyepi)
Slametan (ritual kebersamaan & doa)
Pitutur Jawa (mengamalkan pepatah leluhur)
Tujuan utama Kejawen adalah manunggaling kawula Gusti, yaitu penyatuan manusia dengan Tuhan, serta mencapai keseimbangan batin, sosial, dan alam.