Rabu Pon, 12 November 2025
Kematian adalah misteri. Banyak orang takut mati karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi saat kematian datang. Sebagian orang juga takut mati karena doktrin-doktrin keagamaan seperti pahala-dosa dan surga-neraka. Ancaman-ancaman jika memilih agama yang salah juga menjadi momok karena diyakini jika salah memilih agama maka masuk neraka selamanya. Tidak heran banyak orang pindah agama karena kuatir salah memilih agama dengan pertimbangan yang lebih rasional atau memilih agama yang ajarannya masuk akal namun banyak juga yang memilih agama karena mengalami peristiwa spiritual atau yang dianggapnya sebagai hidayah.
Lalu manusia seperti apa yang akan selamat saat kematian datang?
Dalam konsep Islam, tujuan hidup adalah sebagaimana dalam Surat Al Baqarah ayat 156 "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un" yaitu memahami bahwa sesungguhnya manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah". Jadi dalam hal ini yang selamat adalah yang bisa pulang kembali kepada Allah dan bukan ke alam lainnya entah itu alam surga/kenikmatan apalagi alam siksa/neraka. Ada tiga golongan manusia yang disebutkan dalam Surah Al-Waqiah ayat 7-12 yaitu Ashabul Yamin (golongan kanan/surga) yang beriman dan beramal shaleh, Ashabusy Syimal (golongan kiri/neraka) yang durhaka, dan As-Sabiqun (golongan terdepan).
Agar mampu selamat kembali kepada Tuhan, kita harus menjadi golongan As-Sabiqun. Golongan As-Sabiqun adalah golongan orang-orang yang telah ikhlas di dalam hidupnya meskipun hidupnya penuh dengan penderitaan karena golongan tersebut memahami bahwa penderitaan, kesenangan berasal dari Allah dan semuanya akan kembali kepada Allah dan hanya kepada Allah-lah tempat mereka bersandar dalam hidupnya.
Syarat utama selamat dalam menempuh alam kematian adalah WAJIB BERTAUHID. Bertauhid bukan hanya persoalan yang wajib disembah hanyalah Allah saja karena semua orang Islam pun sudah paham jika beragama Islam maka yang disembah hanyalah Allah. Bertauhid itu luas sekali artinya karena praktek bertauhid itu harus mampu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam beribadah harus bertauhid, dalam bekerja harus bertauhid, dalam bersosialiasi harus bertauhid, dalam menghadapi berbagai masalah harus juga bertauhid. Jika kita mampu bertauhid dalam kehidupan sehari-hari maka otomatis saat kematian datang maka kita telah bertauhid sepenuhnya yaitu bertauhid secara lahir dan batin.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barang siapa di akhir hidupnya mengucapkan La ilaha illallah maka ia masuk surga". Pengertian hadist ini bukanlah saat sakaratul maut harus mengucapkan kalimat tauhid dengan mulut karena tentulah hal tersebut sulit dilakukan. Namun yang dimaksud hadist tersebut adalah jika dalam akhir hidupnya kita sudah bertauhid secara lahir dan batin maka kita akan otomatis selamat saat kematian datang. Tentu agar mampu bertauhid lahir-batin kita harus mempraktekan tauhid dalam kehidupan sehari-hari agar saat kematian itu datang maka Insya Allah kita akan meninggal dalam keadaan bertauhid.
Beberapa persyaratan agar kita selamat dalam menyongsong kematian dan alam akherat adalah :
Jika tidak mampu mengenal Allah saat hidup di dunia maka itu artinya kita masih buta dan akan masuk kepada alam kegelapan saat kematian nanti. Dalam Al Quran dikatakatan : Siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, di akhirat pun dia pasti buta dan lebih tersesat jalannya.
Dalam Islam untuk mengenal Allah adalah dengan mendalami syahadat yang merupakan rukun Islam No.1 Sayangnya syahadat hanya diucapkan saja padahal harus dikhatamkan ilmunya agar ilmu syariatnya sempurna dijalankan. Sehebat apapun orang mengerjakan syariat, jika belum mengenal Tuhannya maka dia tidak tahu siapa yang disembah dan ibadahnya tidak sesuai dengan tujuan yaitu ibadah yang bisa menjadikan manusia yang berakhlakul karimah dan bertauhid.
• Imam Al-Ghazali berkata: "Tidak sah ibadah (seorang hamba) kecuali setelah mengetahui (mengenal Allah) yang wajib disembah". Jadi jika belum mengenal Allah dengan benar maka ibadahnya tidak sah atau belum beriman kepadaNya. Maksudnya adalah barangsiapa mengatakan "tiada tuhan selain Allah" namun Allah yang diyakininya itu berlainan dengan Allah sebenarnya maka dia telah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang diyakininya.
• Syaikh Muhammad At-Tamimy rahimahullah membuat suatu ilustrasi yang sangat bagus mengenai syarat ibadah yang pertama, yaitu tauhid. Sebagaimana yang dikatakan oleh beliau di dalam kitabnya yang berjudul Al-Qawalidul Arba'. Beliau rahimahullah berkata, "Ketahuilah, sesungguhnya ibadah tidaklah disebut sebagai ibadah kecuali dengan tauhid (yaitu memurnikan ibadah kepada Allah semata). Sebagaimana shalat tidaklah disebut sebagai shalat kecuali dalam keadaan bersuci. Apabila ibadah tadi dimasuki syirik, maka ibadah itu batal. Sebagaimana hadats yang masuk dalam thaharah."
Hadist Nabi SAW : "Awaludin Makrifatullah" : awal mula belajar agama adalah mengenal Allah. Lalu bagaimana cara mengenal Allah? Menurut Nabi SAW, dalam hadistnya :
Jadi cara mengenal Allah adalah dengan mengenal diri sendiri dulu. Mengenal diri untuk mengetahui siapa sesungguhnya al insan (manusia) itu. Untuk mengenal diri maka harus paham asal muasal diri dan kemana diri ini akan menuju yang dalam konsep jawa dikenal dengan konsep "sangkan paraning dumadi". Begitu juga di dalam Quran dikatakan "innalillahi wa inna ilaihi rojiun". Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Silahkan anda mencari guru mursyid/tauhid yang mampu menghantar pengetahuan makrifat kepada Allah karena ilmu tauhid adalah satu-satunya ilmu yang harus sudah dipahami dan dipraktekan sebelum ajal datang.
Disadari atau tidak, selama ini sebenarnya kita banyak melakukan syirik khofi (samar_ di setiap aktivitas kehidupan kita termasuk dalam beribadah sekalipun. Saat berprestasi di tempat kerja, kita selalu merasa diri kitalah yang pintar. Saat sedekah, diri kitalah yang merasa bersedekah, saat beribadah diri kitalah yang merasa hebat dan sholeh. Inilah bentuk ego atau keakuan diri yang merasa diri ktia mampu melakukan itu semua padahal semua itu yang memberikan petunjuk, yang memberikan hidayah, yang menggerakan hanyalah Allah semata. Jika kita tidak mampu menyadari ini semua maka sungguh kita masih berada dalam kemusrikan. Inilah pentingnya meningkatkan ilmu agama mulai dari syariat, tarekat, hakekat dan makrifat agar kita tidak terjebak pada pengetahuan agama yang itu-itu saja yang dipelajari sejak kecil namun tidak mengalami peningkatan saat kita sudah tua.
Tauhid berasal dari kata Ahad yang artinya ESA. Dalam kalimat tauhid "La ilaha illallah" yang mengandung Nafi Isbat. Nafi = menyangkal dan Isbat = menetapkan. Yang disangkal adalah "tiada Tuhan" dan yang ditetapkan adalah "Allah". Rasulullah SAW bersabda "Dzikir yang paling utama adalah laa ilaha illallah". Zikir tauhid adalah zikir yang utama. Zikir artinya "mengingat" sehingga pada hadist tersebut kita diberitahukan oleh Nabi Muhammad agar selalu ingat untuk bertauhid. Zikir tauhid tidak hanya diucap secara lisan maupun dalam hati saja melainkan harus disadari setiap saat atau yang disebut zikir kesadaran. Dengan demikian bertauhid pada Allah harus mencakup semua aktivitas kehidupan kita sehari-hari.
Contoh memahami tauhid dalam konteks yang lebih luas :
Segala sesuatu yang mendominasi hati dan pikiran itulah tuhan kita. Jika di hati dan pikiran didominasi oleh harta, jabatan dan dunia seisinya maka itulah yang menjadi tuhan didalam diri kita. Inilah kemusrikan yang tidak kita sadari. Kecintaan kepada selain Allah hanya akan menghambat kita untuk pulang kembali kepadaNya. Praktek bertauhid dalam kehidupan sehari-hari adalah "selalu melihat Allah-nya terhadap apa yang dilihat mata dan apa yang sedang dihadapi". Contoh :
Hisab diberlakukan kepada manusia yang mengaku-aku yang melakukan ibadah dan bekerja. Jika ingin ringan hisab atau bahkan tidak dihisab maka selagi didunia, lepaskanlah semua keakuan diri tersebut. Dalam hadist dikatakan "matilah kamu sebelum mati", artinya matikan keakuan diri kita yang merasa bisa melakukan ini-itu dan memiliki ini-itu. Jadilah manusia yang merasa dirinya "Laa haula wa laa quwwata illa billah" (tiada memiliki daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT).
- Nama Rahasia Diri (Ruh) : Ahmad (tiada lain adalah Nur Allah)
- Nama Rahasia Diri (Jasad) : Muhammad
- Gabungan Nama Rahasia Diri ruh dan jasad : AH
Beberapa godaan yang datang sebagai usaha akhir iblis menjerumuskan kita yaitu datang iblis yang menyerupai kita dan mengaku tuhan lalu mengajak kita. Abaikan ajakan tersebut agar kita selamat. Abaikan apapun ajakan yang datangnya diluar diri kita. Cukup ikuti Ruh yang keluar dari dalam diri kita yang wajahnya sama dengan diri kita karena Ruh itulah diri kita yang sejati.
Manusia selain memiliki jasad juga memiliki ruh yang terdiri dari Nur Allah, Nur Muhammad dan Nur Insan. Nur insan adalah hawa nafsu/ego yang harus dimurnikan dengan bertauhid. Jika belum mampu bertauhid, maka Nur Insan atau Jiwa inilah yang dimintai pertanggungjawaban (dihisab). Jika sudah mampu bertahuid maka Ruh kita akan keluar dengan selamat sampai kembali kepada Tuhannya.
Demikian praktek bertauhid dalam kehidupan sehari-hari. Memang tidak mudah namun wajib dilaksanakan sebelum kematian datang. Ilmu tauhid harus khatam sebelum kematian menjemput karena hanya orang yang bertauhidlah yang selamat saat kematian datang. Wallahu a'lam bishawab.
JALAN PULANG
Dahulu kita pernah bersama-Nya
Kini DIA meletakan kita di suatu tempat di bumi
Lalu DIA berkata "carilah jalan pulang menuju AKU"
Permainan Dimulai...
Tiap diri mencari jalannya sendiri
Ada yang berjalan
Ada yang berlari
Ada yang melewati gelapnya malam
Ada yang melewati teriknya gurun
Ada yang menginjak duri, tersakiti
Ada yang terjatuh penuh luka
Ada yang tersesat, putus asa tak tahu jalan pulang
Ada yang tersesat namun menyadari kesesatannya
Ada yang melewati jalanan yang penuh dengan derita
Ada yang melewati jalanan penuh suka cita dan tidak ingin pulang
Ada yang mendapat petunjuk dari-Nya
Ada yang dibiarkan tersesat oleh-Nya
Ada yang harus mengulangi jalannya dari awal
Ada juga yang cepat sampai kembali kepada-Nya
Sadarilah esensi kehidupan di dunia, tiada yang abadi kecuali DIA
Suka cita, bahagia, tawa, sedih, kecewa dan terluka adalah permainan sementara
Bersuka citalah namun ingat kesedihan sedang menunggu diruang tamu
Bersedihlah namun ingat badai pasti berlalu
Jika berkesadaran dunia, masuklah kita kepada golongan kiri yang merugi
Jika berkesadaran akhirat, masuklah kita kepada golongan kanan yang diberi nikmat
Jika berkesadaran DIA, masuklah kita kepada golongan yang terdepan dan pulang kembali kepada-Nya