Sabtu Pahing, 21 Desember 2024
Ning cicih Gunung Muria, 49 tahun, seorang wanita perkasa yang tidak takut sedikitpun pada Jin Joggada yang bertubuh besar, beratnya jika ukuran manusia mungkin sekitar 200 kilo dengan tinggl badannya empat meter. Dengan gerakan silat Cidameang dari alarn astral, perempuan cantik ini berhasil taklukkan makhluk gaib menyeramkan itu hingga terbakar hangus lalu amblas ke dalam bumi pemakaman Banteang yang sunyi. Walau telah meraih kemenangan secara gemilang, namun Ning Cicih Gunung Muria tetap rendah hatl dan jauh dari slfat kesombongan.
"kemenangan ini kudapatkan karena pertolongan dan kasih sayang Allah Azza Wajalla,” kata Ning cicih, kepadaku. Malam itu kami hanya bedua pergi ke Banten Selatan, 3 KM dari kota, kecamatan Bayah, Lebak. Kami membawa mobil kecil Honda Jazz mllikku; dengan kecepatan rata-rata 60 kilometer per-jam menuju selatan dari Jakarta Barat. Kami masuk jalan tol Jakarta-Merak via Bumi Serpong Damai, Ialu menuju Kota Serang untuk kemudlan ke selatan ke arah malimplng, Muara Binuangeun dan lanjut ke Hutan Pekuburan Banteang.
Sebagaimana yanga ku ketahui dari Peta Supranatural; bahwa Hutan Pekuburan Banteang itu adalah tempat yang paling keramat di Asia Tenggara. Di sana banyak emas gaib dan logam mulla berharga yang dljaga oleh ratusan jin. Semua jin yang menjaga Hutan Pekuburan Banteang adalah jln jahil, jahat dan sangat ganas; Banyak korban mati karena lemas setelah dlcekik oleha kuku-kuku tajam jin Samudera Hlndia itu. Namun, karena kekuatan Ning Cicih Gunung Muria, guruku, maka aku berani menjelajah untuk mengambil Mustika Kantil yang berada dalam tanah Hutan Pekuburan Banteang yang sakral.
”Kita akan berhadapan dengan jin jin yang sakti dan perkasa. Untuk itu, jangan lengah dan harus tetap waspada agar kita selamat dalam pemetikan mustika yang kita cari selama ini. Bila mustika itu berhasil kita dapatkan, kita akan dapat menolong banyak orang yang membutuhkan kesehatan; kedigjayaan dan kesuksesan hidup, kata Ning Cicih Gunung Muria, kepadaku. Mustika Kantil itu dicari oleh ribuan paranormal; Namun, Ning cicih Gunung Muria memiliki peta kongkrit serta lokasi akurat dari mustika satu-satunya di dunia itu yaitu, adanya di Hutan Pekuburan Banteang, Bayah, Banten Selatan.
"Pencarian ini menjadi rahasia kita berdua, tidak boleh di ceritakan kepada orang lain; kecuali apabila mustika itu sudah di tangan kita, baru boleh kita beritakan kepada teman-teman kita pelaku dan praktisi supranatural," ungkap Ning Cicih Gunung Muria, kepadaku. Aku hanya menggangguk karena hanya itu yang bisa aku lakukan, sebab aku buta sama sekali tentang mustika yang dicari banyak praktisi supramistik itu. Ning Cicih menggambarkan secara jelas kepadaku tentang kesaktian Mustika Kantil. Mustika tersebut dikuasai bala tentara jin laut selatan, samudera Hindia, mulai dari ujung Kulon hingga Banyuwangmawa Timur. Mustika Kantil itu dideteksi adanya di Pulau Jawa, tapi tidak tahu di jawa sebelah mana. Namun karena kesaktian Ning Cicih yang diberi maunah oleh Allah Yang Rahman dan yang Rahim, maka Ning cicih berhasil mendapatkan denah/peta Mustika Kantil itu, dimana adanya di Banten Selatan, di Hutan Pekuburan Banteang yang kami datangi.
Sedan Honda Jazz yang aku setir akhirnya sampai di lokasi pulkul 23.00. Nin cicih Gunung Muria langsung ritual dan berdoa dengan kensentrasi penuh di bahwa pohon beringin tua urnur 3000 tahun di lahan hutan yang dipenuhi mahoni, Langsana dan pohon jamblang itu. Pukul 24.00 salah satu jin penunggu Hutan Pekaburan Banteang keluar. Dia marah dengan suara berat; mata menyala dan kuku tajam siap mencekik kami berdua. Namun, Ning Cicih Gunung Muria dengan sigap berdiri, membuat posisi kuda-kuda dan aku diperintahkan berdiri dibelakangnya sambil membaca mantra-mantra pemberian Ning Cicih tiga hari lalu untuk penolak serangan gaib.
Aku berdiri di balakang Ning cicih sambil bersiap untuk mengelak bila dicakar sang jin. Dengan mulutku yang terus berkomat-kamit membaca mantra sakti mandraguna pemberian Ning Cicih. Dengan kecepatan tinggi, Ning Cicih mengelak saat kuku jin menghujam kepalanya. Ning cicih melompat dan menendang bagian mata jin hingga kesakitan dan terjerembab ke belakang. Tubuhnya tertancap di potongan kayu gerawan yang tajam. Setelah itu, Ning Cicih mengeluarkan semburan api, lalu api itu membakar tubuh jin dan musnah, masuk ke perut bumi di tengah Hutan Pekuburan Banteang.
Walau satu musnah, jin Iain keluar lagi dan perang pun terus berlanjut. Bertempur secara head to head dengan Ning cicih dan Ning Cicih memenangkan pertarungan. Namun sayang, malam itu, mustika kantil yang kami cari, belum dapat ditemukan. Padahal hari sudah menjeiang pagi. Jika fajar menyingsing, lokasi akan tertutup dan saoara otomatis Mustika Kantii akan masuk di kedalaman tanah lagi. Tapi Ning Cicih yakin 100% persen, bahwa mustika itu akan kami dapatkan dan untuk itu buian selanjutnya saat malam Jumat Kiliwon, akan kami datangi iagi.
Sebulan kemudian tepat pada malam jumat, kami berangkat ke Bayah; Banten Salatan lagi dari Jakarta Barat, rumahku. Kami barjalan agak lambat, sambil mengawai Ning Cicih membaca mantra sakti mandrraguna linuwihnya di dalam mobil Honda Jazz ku. Kami sampai di Hutan Pekuburan Bantenag, Bayah pukul 23:45 hampir tengah malam. Namun, Ning Cicih buru-buru menghambur ke lokasi kekuasaan jin dan perang lagi. Malam itu tiga jin yang terbakar dan musnah dilalap api mistik dari mulut Ning cicih.
Seperti bulan lalu, aku berdiri belakang Ning cicih untuk menyelamatkan diriku dari serangana gaib jin jahat Banteang. Sabagai paranormal pemula aku harus banyak berlindung kepada paranormal senior seperti Ning cicih Gunung Muria. Satu-satunya dukun wanita yang ahli merubah air keras menjacii air mineraI. "Air yang mematikan dan membakar kulit itu, dengan mantra saktinya, bisa menjadi air putihr biasa yang dapat diminum dan dimandikan. Bagaimana Ning Cicih merubah orang miskin menjadi kaya raya dan merubah bisnis yang terancam gulung tikar dan kembali berjaya. Tetapi, untuk diri sendiri, Ning cicih tidak boleh kaya dan tidak boleh hidup mewah. Demikianlah parjanjian gaibnya dengan guru batinnya, Ratu Kidul Laut Selatan.
Seteiah bertempur dengan tujuh jin lelaki perkasa hingga pukui 03.00, sebelium fajar menyingsing, Mustika Kantil berhasil dipetik Ning cicih Gunung Muria dari tangan Albarabah, jin berumur 5000 tahun yang bertubuh tinggi besar namun bongkok. Jin tersebut memberikan Mustika Kantil di tangan kanannya dan kini Mustika itu tersimpan secara rahasia oleh Ning cicih di istana gaibnya di Depok, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian, walau aku belum bisa apa-apa, namun aku sudah dilepas oleh Ning cicih Gubung Muria untuk praktek paranormal di Amsterdam, Belanda. Bahkan tahun lalu, bulan Januari, aku praktek paranormal di Paramaribo, Suriname, Amerika Selatan.
"Tapi ingat, jangan lupa membaca semua amalan yang saya berikan. Juga mantra-mantra linuwih Java mantra yang aku ajarkan. Jika rutin engkau mengamalkan mantra mantra itu, kau akan menjadi sakti mandraguna sekelas diriku. Namun kau harus praktek di Amerika" ungkap Ning cicih. Memang, Ning cicih inginkan aku tidak beroperasi dan praktek di Indonesia karena aku akan kalah aura denganya. Ilmuku datang darinya dan harus menjauh dari dirinya. Untuk itulah, aku ditugaskan di Eropa Barat dan Amerika Selatan. Mulai dari Amsterdam, Paramaribo dan Rio Jeneiro, Brazil. Beberapa bulan lalu, Malam Jumat Kliwon, aku pulang ke tanah air. Kabar baik aku dapatkan dari Ning cicih Gunung Muria, bahwa aku harus ke Hutan Pekuburan Banteang, Bayah, Banten Seiatan karena dalam bisikan gaib Ning cicih,aku harus memegang Mustika Kemuning, mustika mulia kedua setelah Mustika Kantil yang dipegangnya.
"Tapi engkau harus sendiri ke sana, tidak boleh sama saya. Pergilah cepat ke sana, tengah malam, sebagaimana yang kita lakukan dulu, kau harus bertempur menaklukan jin-jin yang baru, yang diutus menjaga Mustika Kemuning di Banten" Ujar Ning Cicih kepada via telp. Jantungku berdebar hebat. Datang gamang dan galau bergelayut di batinku. Soainya, selama ini, biasanya aku dengan Nirig Cicih Gunung Muria. Aku dibelakangnya dan mencari selamat dari cakaran ganas jin Banteang. Tetapi sekarang ini, aku harus mandiri, menghadapi dengan gagah berani. Batinku berputar-putar, aku berkelahi dengan jin-jin ganas Pekuburan Banteang, banten selatan? ini perintah dan perintah ini harus aku jalani. Pikirku, aku harus bisa sendiri, mandiri tidak selalu bergantung dengan tokoh sakti mandraguna seperti Ning cicih
Pada Malam Jumat Kliwon selanjutnya itu, akrhinya aku mampu bertarung dengan 3 jin kecil bertubuh pendek dan aku menang. Mereka terbakar dan amblas ke dalam tanah Lalu, Mustika Bunga Kemuning bersegi lima, warna putih itu aku temukan di kaki Jin Kate, yang belakangan aku ketahui namanya adalah Al Jalih. Jin hitam pendek yang menguasai Mustika Kemuning terkulai lemas lalu terbakar oieh bola api yang datang dari tanganku dan aku memetik Mustika Kemuning di genggaman tangan kanannya. Setelah berhasil memetik Mustika Kemuning, aku segera melarikan mobilku ke Jakarta. Namun, di tengah jalan, aku dibegal, dirampok oleh tiga sepeda motor dengan enam orang penjahat di Jalan Malimping Raya.
Mobilku dihalangi di depan hingga tak bisa berjalan. Aku lalu berhenti dan enam orang merangsek ke kaca jendela mobilku. Namun, dengan tenang aku mencium Mustika Kemuning yang baru aku dapatkan dan mengucapkan basmallah. Di luar dugaan, enam orang itu terpental hingga jungkir balik di Jalan Malimping Raya, Pandeglang, Banten. Mereka segera ambil sepeda motor dan kabur dariku. Itulah hari pertama aku menyaksikan kekuatan dan power dari Mustika Kemuning yang aku pegang dan kusimpan di ruang praktekku di Amsterdam. Mustika itu aku bawa keliling Amerika Latin dan Amerika Selatan. Setiap aku pergi, mustika itu ikut aku dan aku jadikan sebagai pendamping gaib yang sangat tangguh.
"Mustika kemuning itu merupakan kembaran gaib dari Mustika Kantil yang aku pegang, Untuk itu jagalah baik-baik mustika itu dan karena mustika itu engkau akan dapat menolong siapapun orang yang meminta tolong kepadamu untuk urusan apapun," desis Ning cicih Gunung Muria. Dengan Mustika Kemuning, aku bergerak bebas di manapun aku mau tinggal, Bahkan Mustika Kemuning yang sangat wangi itu membuat aku bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan kendaaraan. Mustika Kemuning warna putih bersegi lima ini, bisa terbang bagaikan burung. Bisa melayang bagaikan kapas dan bisa melesat bagaikan angin. Terima kasih Ya Allah Azza Wajalla, atas maunah Mu untukku, juga terima kasih Ning cicih Gunung Muria, yang mau menjadi guruku dan mengajariku banyak hal hingga bisa seperti sekarang ini.