Selasa Kliwon, 19 Maret 2024


Kajian Spiritual : Bencana Terjadi Karena Maksiat atau Faktor Alam?


Bencana alam adalah hal yang banyak dialami oleh semua negara di dunia. Bencana alam biasanya berbentuk gempa bumi, banjir, longsor, tsunami, badai, kebakaran hutan dan sejenisnya. Jika terjadi bencana maka biasanya ada sebagian orang yang mengatakan bahwa bencana itu terjadi karena banyak yang melakukan maksiat di daerah tersebut. Isu seperti ini ramai diperbincangkan misalnya saat tsunami aceh tahun 2004 dimana ada isu malam sebelum bencana ada pesta maksiat di pantai lalu Tuhan marah dengan mengirimkan tsunami yang kemudian memporak-porandakan aceh dengan korban jiwa hingga ratusan ribu orang.

Pertanyaan adalah benarkah bencana yang terjadi tersebut akibat Tuhan marah karena manusia bermaksiat ataukah karena faktor alam yang dalam hal ini Aceh dilalui oleh patahan gempa yang potensinya dahsyat? untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan pemikiran yang bijaksana, wawasan yang luas dan tidak boleh menghakimi karena hanya Allah yang berhak menghakimi.

Bencana alam sesungguhnya terjadi karena beberapa faktor dimana faktor ini bisa bersifat sains dan juga spiritual :

1. Faktor alam. Jika suatu daerah memang dilewati patahan gempa, gunung berapi maka tinggal menunggu waktu saja akan terjadi bencana alam. Misalnya di Padang sudah terdeteksi ada patahan gempa dimana potensi gempanya cukup besar seperti di Aceh. Ini artinya secara hukum alam/sains hanya tinggal menunggu waktu saja gempa ini terjadi. 


Baca juga :

Begitu juga potensi gempa dan tsunami yang telah terdeteksi oleh ilmuwan dan diberi nama "sunda megathrust" bahkan berpotensi lebih dahsyat daripada di Aceh bisa menenggelamkan pesisir selat sunda hingga dampaknya sampai ke Jakarta. Ini artinya tinggal menunggu waktu saja bencana ini terjadi karena secara sains patahan gempa tersebut sudah terdeteksi namun ilmuwan belum sanggup mendeteksi kapan akan terjadi bencana tersebut.

Penting untuk dipahami bahwa hukum alam adalah ciptaan Tuhan juga karena Tuhanlah yang menciptakan bumi termasuk didalamnya gunung berapi, laut, patahan gempa dll. Artinya adalah hukum alam akan berjalan sesuai ketentuannya atau kadarnya. Ini mirip hukum alam seperti gravitasi dimana jika ketika melempar benda ke atas pasti akan jatuh ke bawah. Allah menciptakan hukum alam berupa gravitasi dan akan berjalan sesuai ketentuannya secara konsisten. Jadi bencana yang terjadi karena faktor alam hanyalah tinggal menunggu waktu sesuai hukum alamnya. Misalnya jika pohon sering ditebangi maka secara hukum alam banjir pasti akan terjadi, itu sudah sesuai sunatulah/kadarnya karena air tidak terserap oleh pohon ke dalam tanah.


2. Faktor Maksiat. Di jaman para nabi/rosul, bencana bisa terjadi begitu saja jika umat pada saat itu membangkang atau melawan nabi. Dengan Nabi berdoa, maka Tuhan akan mengirim bencana pada umat yang membangkang. Inilah yang disebut azab yakni bencana yang terjadi karena membangkang/bermaksiat pada Tuhan. Dalam hal ini, meskipun daerah itu tidak dilewati oleh gunung berapi, patahan gempa sekalipun bencana akan tetap terjadi dalam bentuk apapun karena Allah memiliki kehendak yang tidak akan mampu dilawan alam.

Jaman sekarang sudah tidak ada lagi nabi/rosul maka bencana yang datang bisa terjadi karena faktor "maksiat". Definisi maksiat itu tidak hanya soal miras, zina, judi melainkan juga melakukan sifat-sifat yang merusak seperti merusak hutan, menambang alam secara berlebihan, membangun pemukiman tanpa memperhatikan keseimbangan alam, korupsi dll. Bisa jadi di suatu daerah manusianya taat beragama namun ternyata pohon ditebangi tanpa menanamnya kembali maka bencana pun bisa terjadi karena manusia tersebut melakukan maksiat pada alam. Atau bisa jadi di suatu daerah warganya terlihat religius tapi pejabatnya korupsi sehingga dana yang harusnya untuk kemaslahatan manusia dan alam tidak diberikan sehingga kemudian timbulah bencana dalam berbagai bentuk seperti kelaparan, penyakit fisik hingga penyakit mental, kemiskinan dll.

Dengan memahami penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bencana dapat terjadi karena faktor alam dan juga faktor maksiat namun kita tidak dapat menentukannya secara pasti diantara kedua faktor tersebut karena yang tahu pasti hanyalah Allah. Sebagai manusia kita hanya dapat menafsirkan saja berdasarkan akal kita yang memiliki keterbatasan. Misal jika musibah terjadi di daerah yang rawan bencana, maka secara akal artinya memang itu karena faktor alam dan faktor maksiat bisa juga mempercepat terjadinya bencana tersebut.

Dapatkah Bencana di Tunda?

Musibah atau bencana hakekatnya telah tertulis sebagai Takdir. Namun takdir itu sendiri bersifat "blue print" yang artinya masih bisa berubah sesuai amal perbuatan manusia. Orang yang ditakdirkan miskin bisa berubah nasibnya jika ia banyak memohon ampun, bekerja keras dan berdoa. Begitu juga dengan bencana dapat terjadi lebih cepat atau bahkan bisa ditunda atau ditahan atau malah mungkin dibatalkan.

Dalam kajian spiritual, setelah era nabi/rosul berakhir maka yang menjadi "paku bumi" adalah para waliyullah atau wali Allah. Paku bumi adalah penjaga bumi agar bumi senantiasa seimbang sesuai kadarnya. Mungkin diantara kita banyak yang bertanya jika maksiat bisa mendatangkan bencana lalu kenapa Jakarta yang merupakan kota hedonis dan banyak maksiat terjadi dijakarta mulai dari rakyat jelata sampai pejabatnya namun bencana hebat tidak kunjung terjadi? Jawabannya adalah karena Jakarta adalah ibukota negara dan banyak para wali Allah yang mendoakannya sehingga bencana dapat ditahan dengan doa-doa beliau. 

Bencana juga dapat ditunda tidak hanya dengan doa namun juga dengan usaha nyata misalnya menjaga keseimbangan alam dimana hutan harus dipelihara, sungai-sungai tidak dipersempit dijadikan tempat tinggal, dana pemeliharaan alam tidak dikorupsi, sedekah pada alam dalam berbagai bentuk sesuai budaya masyakarat lokal, tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan bahan bakar yang minim polusinya dll. Semua itu dimaksudkan agar alam seimbang sesuai kadarnya.







 


KALENDER JAWA

Kalender Jawa adalah sebuah kalender yang istimewa karena merupakan perpaduan antara budaya Islam, budaya Hindu-Buddha Jawa dan bahkan juga sedikit budaya Barat. Dalam sistem kalender Jawa, siklus hari yang dipakai ada dua: siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari seperti yang kita kenal sekarang, dan siklus pekan pancawara yang terdiri dari 5 hari pasaran. Pada tahun 1625 Masehi, Sultan Agung yang berusaha keras menyebarkan agama Islam di pulau Jawa dalam kerangka negara Mataram mengeluarkan dekrit untuk mengubah penanggalan Saka. Sejak saat itu kalender Jawa versi Mataram menggunakan sistem kalender kamariah atau lunar, namun tidak menggunakan angka dari tahun Hijriyah (saat itu tahun 1035 H). Angka tahun Saka tetap dipakai dan diteruskan. Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan. Sehingga tahun saat itu yang adalah tahun 1547 Saka, diteruskan menjadi tahun 1547 Jawa.

REINKARNASI

adalah proses daur ulang atau siklus kematian dan kehidupan kembali manusia. Kata ?reinkarnasi? asalnya dari kata re+in+carnis. Kata Latin carnis berarti daging. Incarnis artinya mempunyai bentuk manusia. Jadi reinkarnasi adalah masuknya jiwa ke dalam tubuh yang baru. Jiwanya adalah jiwa yang sudah ada, tapi jasadnya baru. Maka, reinkarnasi juga dapat disebut kelahiran kembali (tumimbal lahir). Kondisi ini disebut pula sebagai migrasi jiwa. Artinya, jasad lama ditinggalkan alias mati, dan pada suatu kesempatan jiwa tersebut masuk ke dalam jasad baru, alias menjadi bayi kembali.




RAMALAN


Grup Telegram Dunia Gaib

belajar metafisika