Sabtu Kliwon, 14 Desember 2024
Cerita mengenai ulah usil makhluk halus sebangsa jin terhadap anak-anak kiranya bukan isapan jempol semata. Kisah nyata berikut ini merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Kisah terjadi pada suatu keluarga sederhana yang tinggal di daerah Tangerang, Banten. Mereka meminta agar identitas alamat rumahnya tidak di publikasi oleh kami. Untuk itu kami sengaja menyamarkan nama para pelaku, dan merahasiakan alamatnya. Sejak awal keluarga ini pindah ke daerah Tangerang, persisnya di sebuah desa yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Bogor. Mereka mengontrak sebuah rumah yang pekarangannya ditumbuhi oleh rimbunan bambu.
Awalnya tinggal di rumah kontrakan yang tidak terlalu besar itu, keluarga yang di kepalai Bapak Sartono, sebutlah begitu, tidak mengalami gangguan apapun. Pak Sartono memiliki dua putra yang berusia dua tahun dan empat tahun. Mereka senang bermain dekat pohon bambu di sebelah rumah yang mereka tinggali. Mulai bulan Mei tahun lalu teror yang dilakukan makhluk halus kian nampak nyata. Pada awal Agustus tahun itu, Sartono mengundang Syarif kawan kami. Dan Syarif mengajak kami ikut serta ke rumah Sartono ini. "Pada mulanya kalau malam ada orang yang seperti mengetuk pintu di depan rumah, tapi ketika dibuka tidak ada orang" kata Pak Sartono yang berprofesi sebagai pedagang itu memulai kisahnya. "Makin hari gangguan-gangguan semakin meningkat. Anak saya yang kedua sering menangis melihat pohon bambu.
Saya sudah mendapat firasat bahwa rumah ini angker. Saya tingkatkan ibadah saya dan istri dengan ibadah sunnah. Pernah saya sedang membaca Al Quran tiba-tiba ada kekuatan yang merebut Al-Qur'an dari tangan saya dan melemparkannya. Keluarga saya ketakutan dibuatnya. Sudah secala bacaan Al-Qur'an dan doa-doa sudah panjatkan di dalam rumah ini, namun gangguan aneh itu tak kunjung reda.
"Tiap malam kami di teror terus hingga tidak bisa tidur. Lelah rasanya tubuh kami", cerita Pak Sartono lebih lanjut, yang ditemani isteri dan anaknya yang masih lucu-lucu. "Seperti apa saja gangguan itu, Pak?" tanya Kami. "Wah, macam-macam, Mas. Dari mulai diketuk-ketuk, anak saya pada nangis tiba-tiba seolah-olah melihat suatu yang menyeramkan, genteng rumah yang seperti dihujani batu, sampai suara gaduh di dapur. Kami tidak berani melihatnya ke dapur. Kalau sudah begitu kami hanya bisa sembunyi dalam kamar sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang kami bisa. Menjelang Subuh gangguan itu biasanya baru menghilang. Biasanya gangguan dimulai di atas jam dua belas malam. Gangguan itu terus muncul hampir setiap malam," jelas Pak Sartono
"Mengapa tidak pindah rumah saja, Pak?" usul Syarif. "Disini kami sudah membayar satu setahun penuh dan usaha kami hanya berdagang. Dari mana lagi dapat uang untuk pindah rumah," jawab istri Pak Sartono. "Apa ada usaha mencari orang pintar semacam ajengan, kyai atau paranormal?" tanya kami lagi. "Sudah! Beberapa waktu lalu kami minta tolong pada orang pintar. Katanya gangguan berasal dari penghuni gaib pohon bambu. Jumlah mereka dua, dan mereka ingin meminta anak-anak kami untuk dibawa ke alam mereka. Menurut orang pintar itu, bila kami menolak memberikan anak-anak kami, maka kami harus memberikan sesaji pada mereka setiap malam Selasa berupa bubur merah, bubur putih, kembang setaman, teh pahit, kopi pahit dan satu ekor ayam bakar. Uang dari mana kami harus memberikan sesaji itu. Terus terang saja, kami juga sebenarnya tidak suka dengan perbuatan seperti itu karena sama saja kami berbuat syirik dengan tunduk pada setan. Tapi jika kami tidak melakukannya, maka anak kami akan dibawa. Kami sangat menyayangi anak-anak kami. Terus saja, kami cemas dengan masalah ini!" Pak Sartono kemudian menciumi kedua anaknya.
"Hanya itu solusi dari orang pintar itu, Pak?" kejar kami. "Dia hanya memberikan satu kantung plastik berisi air untuk dipercikan di sekeliling rumah dan pohon bambu di sebelah rumah ini. Saya sudah melaksanakannya, tapi tidak ada perubahan sama sekali," jawab Pak Sartono. "Insya Allah, saya akan membantu mengatasinya, Pak!" cetus Syarif kemudian yang jelas saja sangat bersimpati pada keluarga sederhana itu. "Saya sungguh berharap, Mas!" mohon Pak Sartono. "Semua itu atas izin Alloh semata. Kami hanya berusaha dengan doa-doa. Bantu doa saja. Malam nanti kami akan mengadakan ritual di dalam rumah ini. Namun saya meminta agar ibu dan anak-anak mengungsi dahulu dari rumah ini. Cukup semalam saja!" ucap Syarif lagi. Sahabat kami ini memang cukup mumpuni dalam hal ilmu gaib.
Singkat cerita, malam itupun tiba. Kami menemani Pak Sartono di luar rumah. Kami mengobrol di sebuah pos ronda yang sepi dari kumpulan warga. Mungkin karena bukan malam minggu. Sementara itu Syarif berada di dalam rumah dalam kondisi lampu padam. Jadi keadaan di dalam sana gelap gulita. Di dalam mangan yang gelap inilah Syarif mulai mengadakan ritual. Setelah dilakukan penembusan pembukaan "gerbang" alam jin, ini seperti yang diceritakan Syarif kepada kami. Maka kemudian muncul dua makhluk menyeramkan. Satu dari jenis laki-laki berpenampilan kepala botak, mata melotot besar, bertaring panjang, badan gempal, dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan cawet saja. Kepala makhluk ini selalu bergoyang-goyang. Satu lagi dari jenis perempuan berambut panjang dengan wajah rusak parah, tangannya panjang hingga ke tanah, dan memakai gaun putih.
Kemudian terjadilah dialog ini: "Mau apa kamu menemui kami hai manusia!" bentak jin yang laki-laki. "Siapa namamu?" Syarif tidk mengindahkan hardikan jin tersebut malah balik bertanya dengan bentakan juga "Aku Growok, dan ini Nyi Rampi. Mau apa kau?" jawab Growok dengan mata penuh amarah "Kau tidak boleh menanggu keluarga ini!" "Kami menyukai anak-anak yang berada di rumah ini dan hendak kami ambil. Jika orang tuanya tidak bersedia menyerahkan kepada kami, maka sediakan sesaji buat kami berupa satu ekor ayam bakar, teh, kopi pahit, kembang setaman, bubur merah dan bubur putih setiap hari Selasa".
"Tidak ada pilihan bagi kalian. Kalian tidak boleh mengambil anak-anak mereka dan tidak boleh menayusahkan mereka karena permintaan kalian,. Mereka bukan orang kaya yang bisa memenuhi permintaan kalian", kata Syarif.
"Kurang ajar kau manusia! Beraninya mengancam aku". Kau tahu siapa aku?
"Aku hamba Allah dan engkau juga hamba Allah, bertobatlah kalian kepada Allah".
Kedua makhluk itu tertawa terbahak-bahak yang bila didengar oleh manusia yang penakut maka pasti akan lari terbirit-birit "Baiklah, kubunuh kau manusia!" ancam Growok. Tanpa menunggu waktu lagi, kedua makhluk itu secara bersamaan menyerang Syarif dengan kesaktiannya. Sebuah kekuatan dahsyat menerjang tubuh Syarif. Untung saja bentengan gaib pada tubuh Syarif cukup kuat sehingga hantaman itu tidak membuatnya bergeming. Syarif pun tidak tinggal diam. Dia segera merapal Aji Komara Geni, sebuah ajian untuk membakar jin "Bismillahirohmannirohiim, Allahumma du'a Bali Sumpah Waliyulloh, Ana muka badan yaa rasululloh, Allhumma yaa Bali, yaa Bali, yaa Bali Sakukudung Ingsun Qulhu. Komara Geni tutup bali, Balika, Balika, Balika, Balikum, Balikum, Baliku."
Begitulah mantera dari ajian Komara Geni. Dengan gerakan menyerang, cahaya keluar dari kedua telapak tangan Syarif dan menerjang kedua makhluk halus tersebut. Akibatnya tubuh kedua makhluk itu langsung terbakar "Ampun...ampun! Panas...kami tobat!" seru kedua makhluk itu sambil mengambil langkah seribu. Syarif membiarkan mereka kabur dari tempat mereka bertempur.
"AlhamdullillaahnIbbil Alamiin. Semoga kedua makhluk itu jera bila masih hidup," ujar Syarif setelah rnenceritakan pertarungannya dengan kedua jin tersebut. Kemudian, Syarif memebentengi rumah itu agar tidak ada makhluk halus lagi yang dapat masuk ke dalamnya. "Pak Sartono, Insya Alloh saya jamin kedua makhluk itu tidak akan kembali lagi. Sekarang Insya Allah kehidupan Bapak dan keluarga akan tentram. Ingat, perkuat ibadahnya ya, Pak!" pesan Syarif sebelum pagi itu kami berpamitan pulang.
"Semoga Allah membalas kebaikan kalian berdua!" balas Pak Sartono. Kami pun meminta izin untuk mengambil foto Pak Sartono dan rumahnya. Tapi ia keberatan dengan alasan bahwa takut pemilik rumah kurang berkenan, dan ia sendiri tidak Ingin terekspos. Kami pun memakluminya. Seminggu setelah itu kami mengontak Pak Sartono lewat ponsel untuk menanyakan apakah masih ada gangguan. Pak Sartono menjelaskan bahwa ganguan gaib itu sudah tidak ada lagi.
Begitulah kisah jin jahat yang senang mengganggu anak-anak manusia yang pernah diliput secara langsung oleh kami. Secara pribadi kami sangat mempercayai kejadian ini, sebab menurut cerita Ibu, ketika masih berusaha tiga tahun, kami sendiri pernah di oleh makhluk halus yang bemama Kyai Geremet dan ingin membawa kami ke alamnya. Oleh karena itu hendaknya kita sebagai orang tua selalu menjaga anak-anak kita dengan doa dengan cara yang benar, dan mengawasi tempat bermain mereka agar tidak ke tempat yang diperkirakan banyak komunitas makhluk halusnya. Semoga terkandung hikmah di balik kejadian nyata ini.