Kamis Legi, 31 Oktober 2024


Sukses Berkat Mantra Pekasih Tanah Melayu


Mantra Pekasih Tanah Melayu

Walau tergolong karyawan baru, namun, hampir semua orang mengenal lelaki bertubuh atletis, berkulit sawo matang dan murah senyum itu. Ya,..Arya, demikian semua menyapanya, adalah sosok yang periang dan mudah bergaul dengan siapa pun. Oleh sebab itu, tak heran jika Pak Yudi, Kepala SDM, menempatkannya di bagian marketing. Pada awalnya Arya benar-benar tidak dperhitungkan. Maklum, ia baru fresh graduate. Tak ada pengalaman sama sekali dalam bidang marketing. Ketika keberatan itu disampaikan oleh Mas Banu, sang manajer marketing, dengan tenang, Pak Yudi pun mengatakan...

"Tenang mas Banu,aku yakin ada kelebihan yang tersembunyi dan belum terasah dari Arya."

"Sampai berapa lama Pak?" Tanya Mas Banu kesal. 

"Berikan pengenalan produk, lalu minta dia membuat peta pemasaran dan target pemasaran dan terjunkan ke lapangan," kata Pak Yudi sambil berlalu.

Mas Banu segera memanggil seluruh timnya untuk melakukan rapat. Dengan agak sinis, ia pun memerintahkan Arya untuk membuat peta dan target pemasaran. Karena ketidaktahuannya, ia membuat target pasar sebagaimana teman-teman lain yang sudah berpengalaman. 

Ketika hal itu disampaikan, Mas Banu dengan sinis berkata, "Kalau berhasil, saya akan angkat kamu menjadi supervisor." 

"Siapa takut Mas," kata Arya sambil tertawa. 

Yang lain hanya diam. Mereka tahu, Mas Banu adalah sosok lelaki yang serius dan tidak pernah bercanda dalam menetapkan target pemasaran. Ketika akan berangkat, dengan gayanya yang khas, Arya menyalami semua yang ditemuinya sambil berkata; "Doain gua berhasil ya" 


Baca juga :

Hari terus berganti, sikap Arya juga tak pernah berubah. Menginjak minggu kedua, ia langsung menyerahkan setumpuk berkas. "Mas, silakan dipelajari dan berikan keputusan secepatnya," katanya.

Mas Banu tergagap. Betapa tidak, tumpukan yang ada di depannya adalah hasil kerja Arya dalam seminggu yang harus ditindaklanjuti dengan segera, apakah disetujui untuk menjadi distributor atau tidak. la mulai membuka halaman terdepan sambil memencet tombol telepon yang ada di depannya. Tak lama kemudian, Mas Banu telah terhubung dan mulai berbicara sambil tertawa-tawa. Lepas makan siang, Mas Banu yang tampak kebingungan mendatangi ruangan SDM. 

"Masuk...," begitu terdengar suara dari dalam. 

"Oh...Mas Banu, apa kabar dan silakan duduk," kata Pak Yudi ketika mengetahui siapa yang datang. 

"Baik Pak, terima kasih. Wah sekali ini saya harus menepati janji Pak," katanya sambil duduk. 

"Maksudnya?" Tanya Pak Yudi dengan dingin. 

Mas Banu pun menceritakan apa yang baru saja dikerjakannya. la benar-benar tak pernah menyangka, Arya yang dianggapnya hanya sebagai pemuda yang berkelakukan seenaknya itu mampu memenuhi target yang dibuatnya sendiri. 

Pak Yudi hanya tersenyum, kemudian terdengar katanya; "Saya yakin, jika dipoles, ia mampu menjadi marketing manajer bahkan direktur marketing yang tangguh. Jika itu janji Mas Banu, lakukan saja, Arya memang berhak untuk mendapatkannya." 

"Tapi, ia belum sebulan bekerja di sini?" Gumam Mas Banu. 

"Tidak masalah, kita harus mampu memberikan yang terbaik kepada karyawan, agar merekla loyal kepada perusahaan," kata Pak Yudi dengan mantap. 

Singkat kata, menginjak bulan ke empat, seisi kantor dibuat gempar. Betapa tidak, dalam.waktu yang demikian singkat, Arya berhasil mengembangkan sayap di wilayah teman-temannya. Boleh dikata, Senin itu (dua bulan sekali, tiap minggu ke empat), seisi kantor sibuk membicarakan kepiawaiannya dalam marketing.

"Dia mampu meyakinkan Mr. Robert, distributor terbesar, untuk ikut memasarkan produk kita," kata Diana, Area Manajer Sumatera Utara. 

"Boleh dikata, begitu orang ketemu dia, semuanya pasti ya," kata Jhoni, Area Manajer Sulawesi Utara. 

"Supervisor yang luar biasa, karena, tugasnya melebihi jabatannya," kata Pak Yudi menimpali, "Oke semuanya, sekarang silakan masuk, karena pimpinan akan segera datang," imbuhnya mengingatkan. 

Dan benar, belum lagi mereka duduk dengan sempurna, pimpinan sekaligus pemilik perusahaan telah datang dengan diiringi Indah, sekretarisnya yang berwajah tanpa ekspresi itu. Sekilas ia menatap Arya. Tatkala kedua pandangan itu beradu, Indah langsung memalingkan wajah. Pada kesempatan itu, pimpinan sekaligus pemilik perusahaan menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semuanya, khususnya Arya, dan berjanji akan segera mempromosikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi, bila, target perusahaan bisa dipertahankan apalagi ditingkatkan. 

Kembali, seperti biasanya, Arya menanggapi hal itu seolah tanpa beban, "Baik...siapa takut"

Rekan yang pernah dibantu arya dalam pemasaran langsung mendukung, sementara yang lain hanya diam, dan ada sebagian yang harap-harap cemas karena kedudukannya bakal tergeser oleh Arya. Ketika pimpinan akan kembali, seperti biasa, Arya mendatangi dan mengangsurkan tangan sambil berkata; "Doakan saya Pak." 

"Ya saya doakan berhasil," kata sang pimpinan.

Usai itu, Arya langsung mendekati Indah dan melakukan hal yang sama. Semua yang hadir terkesiap, betapa tidak, sekali ini, Indah mau berjabat tangan dengan Arya dan berkata "Pasti saya doakan."

"Ah...," demikian gumam hampir semua yang hadir melihat peristiwa yang terolong langka itu. Maklum, selama ini, Indah yang cerdas dan cekatan dalam bekerja itu tergolong sebagai wanita yang dingin terhadap lawan jenisnya. Boleh dikata, walau sudah lima tahun menjadi sekretaris pribadi, tetapi, ia tak mempunyai teman apalagi sahabat barang seorang pun di kantor itu.

Oleh sebab itu, peristiwa tadi, benar-benar kejadian yang amat luar biasa. Malamnya, sehabis makan bersama di salah satu restoran terkenal di utara Jakarta, Jhoni yang kebetulan pulang bersama Arya langsung bertanya; "Eh tadi, kenapa Indah bisa seperti itu?" 

"Maksudnya?" Tanya Arya sekenanya. 

Jhoni dengan panjang lebar menceritakan betapa selama ini Indah adalah sosok yang paling sulit untuk didekati lelaki. Bahkan ia juga menceritakan, kenapa Arya dengan mudah berhasil meyakinkan Tuan Eng, hingga mau menjadi distributor di Sulawesi Utara.

"Ilmu apa yang kau gunakan?" Tanyanya dengan penuh harap.

"Oh aku hanya menggunakan mantra pekasih. Tujuannya, agar lawan bicara atau orang yang kita tuju, luluh dan tunduk hatinya," jawab Arya dengan tenang. 

"Harus puasa...dan banyak pantangannya?" Tanya Jhoni penasaran. 

"Tidak ada sama sekali. Larangannya adalah larangan agama yang kita anut dan larangan negara di mana kita tinggal," jawab Arya mantap, "Kata kuncinya, kita harus yakin bahwa Allah akan membantu umat yang selalu meminta kepada-Nya," imbuhnya datar. 

"Boleh aku tahu dan turut mengamalkannya?" Kata Jhoni. 

"Silakan dan langsung catat apa yang kukatakan," kata Arya sambil mematikan tape mobilnya. 

"Bismillahirrohmanirrohiim, Mayam, mayum, muayyah, Allah kasih Muhammad, Muhammad kasih Allah, Begitu pula dengan umatnya, Berkah kalimat La ilaha illallah, Muhammadur rasulullah"

Jhoni berjanji untuk mempraktikkan sekembalinya nanti. Dan benar, pada tahun ke dua, Arya langsung menduduki jabatan sebagai Direktur Marketing. Tak hanya itu, hubungannya dengan Indah juga semakin bertambah serius, bahkan, keduanya merencanakan untuk segera menikah pada pertengahan tahun ini. 

Dan ketika hal itu disampaikan, kepeda Jhoni, dari seberang sana terdengar suara; "Yang pasti, perusahaan, distributor dan Indah adalah • "korban" dari Pelet Tanah Melayu. Sukses teman, aku pasti datang ke Jakarta." 

Kini, Arya telah hidup dengan tenang bersama dengan keluarga kecilnya. Ketika suatu saat Jhoni kembali menanyakan Mantra Pelet Tanah Melayu, Arya hanya berkata : "Semua itu karena Allah, kita sebagai manusia hanya berusaha, lain tidak."







 


OPHIOMANCY

Metode ramalan yang menggunakan ular sebagai mediumnya.

ANIMISME

Paham yang meyakini setiap benda memiliki kekuatan gaib.




RAMALAN


Grup Telegram Dunia Gaib

belajar metafisika